CANDI PAWON
CANDI PAWON
Titik Tengah Tiga Candi Buddha
Desa Mendut, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia
Candi Pawon merupakan candi yang terletak tepat di sumbu garis yang menghubungkan Mendut dan Borobudur.
Candi yang berbentuk persegi empat dengan atap bertingkat dan sebuah
bilik di dalamnya ini berukuran jauh lebih kecil dibandingkan dengan
Candi Mendut. Letak Candi Pawon cukup tersembunyi, dikelilingi rumah
penduduk. Tersusun dari batuan vulkanik dengan perpaduan gaya bangunan
Hindu Jawa kuno dan India, serta kemiripan corak ragam hias dengan Candi
Mendut dan Candi Borobudur, para ahli sepakat bahwa ketiga candi ini
dibangun pada abad yang sama. Hal ini dipertegas dengan Prasasti
Kayumwungan atau Prasasti Karangtengah yang bertanggal 26 Mei 824
Masehi.Saat YogYES tiba di Candi Pawon suasana terlihat begitu tenang. Tembang Jawa mengalun pelan entah berasal dari rumah warga atau kios penjual suvenir. Hiasan kala makara terpampang di atas pintu masuk candi. Atap candi yang berbentuk limas dihiasi dengan stupa-stupa berukuran kecil. Sebagai penggambaran dari Gunung Meru, di dinding Candi Pawon terdapat relief mahluk kayangan seperti kinara-kinari (burung berkepala manusia), relief pundi-pundi, relief pohon kalpataru atau pohon hayati, dan relief bodhisattva. Semua relief tersebut terpahat pada dinding luar candi. Sedangkan di dalam candi, tidak ada satupun relief atau arca yang ditemui, yang ada hanyalah bilik kosong.
Menyoal nama candi, kata pawon sendiri memiliki beragam makna dan penafsiran. Dalam Bahasa Jawa kata pawon berarti dapur atau tempat yang biasa digunakan untuk memasak. J.G. de Casparis mengatakan bahwa kata pawon berasal dari kata perawuan atau perabuan. Sedangkan penduduk sekitar mengungkapkan bahwa kata pawon berasal dari pawuan yang berarti tempat pembuangan atau pembakaran sampah. Semua kata tersebut merujuk pada satu hal yakni adanya api atau proses pembakaran di Candi Pawon. Entah hipotesis mana yang benar, namun di dalam bilik candi terdapat 6 lubang angin yang bisa berfungsi sebagai tempat keluarnya asap hasil pembakaran. Lubang angin ini tentu saja menjadi pembeda arsitektur Candi Pawon dengan candi-candi lain yang biliknya tertutup rapat. Selain dinamakan Candi Pawon, penduduk lokal juga menyebutnya dengan nama Candi Brajanalan yang berasal dari kata vajra (halilintar) dan anala (api).
Sesaat sebelum meninggalkan Candi Pawon, benak YogYES diliputi oleh berbagai pertanyaan. Mungkinkah pada suatu masa Candi Pawon digunakan sebagai tempat kremasi seorang raja? Digunakan sebagai tempat pembakaran peralatan sisa-sisa ritual keagamaan? Atau digunakan sebagai tempat peristirahatan para peziarah sebelum mencapai Borobudur? Semua pemikiran itu memenuhi benak YogYES dan menjadikan perjalanan ini lebih bermakna, tidak hanya bersenang-senang semata.